Karir Ideal: Pengambilan Keputusan yang Efektif

  1. Karier Ideal: Pengambilan Keputusan Yang Efektif
  2. Menentukan Prioritas dalam Memilih Karier
  3. Langkah-langkah memutuskan karier yang ideal

Materi Augmented Reality, Powerpoint
dan Audio Pembelajaran

Ayo pelajari materi-materi yang menarik dibawah ini. scan augmented reality untuk melihat efek 3D dari materi anda dan dengarkan audio pembelajaran yang menarik

Buka Aplikasi Asembler Edu Kalian dan Scan Barcode ini :

Powered By EmbedPress

Audio pembelajaran dibawah ini menjelaskan materi Karir Ideal dan Pengambilan Keputusan Efektif .

Klik Play untuk mendengarkan audio pembelajaran :

Dengarkan dengan sungguh-sungguh. Semoga berhasil teman-teman semuanya

Scan Disini Untuk Melihat Materi Flipbook

Uraian Materi, Latihan dan Daftar Pustaka

Pelajari materi yang disediakan dan coba kerjakan latihan soal yang ada ya. Semoga berhasil

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Keputusan yang baik terjadi jika pengambil keputusan sepenuhnya mengerti latar belakang, tujuan dan sasaran, alternatif penyebab tindakan, serta konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari keputusan. Namun keputusan yang dibuat dengan baik belum tentu menjadi keputusan yang efektif (Rahmawati et al., 2022). Untuk meminimalisir kerugian yang akan terjadi dalam pengambilan Keputusan, maka diperlukan adanya pemikirikan yang kreatif. Berpikir kreatif ini diperlukan terutama ketika para pengambil keputusan sedang mengidentifikasi masalah dan mengembangkan alternatif pemecahan. Berpikir kreatif berhubungan dengan tindakan mengimpresi sebuah masalah (problem) secara mendalam ke dalam pikiran kita. Dengan berpikir kreatif, diharapkan resiko kegagalan dapat diminimalisasi dan kalau ternyata menemui kegagalan, diorganisasi tersebut masih tersedia ide, gagasan, dan cara pemecahan lain untuk diterapkan (Rohayuningsih and Handoyo, 2015). Lalu bagaimana pengambilan Keputusan yang efektif dalam karier?

Pengambilan keputusan karier adalah suatu proses penentuan yang diawali pemilihan alternatif melalui perbandingan dan evaluasi alternatif yang tersedia (Arjanggi, 2017). Pengambilan keputusan karier atau yang disebut pemilihan karier seseorang dapat berupa arah pilihannya (arti pilihannya dalam bidang tertentu atau bermacam-macam pekerjaan). Arah pilihan. Arah pilihan yang pertama pada seseorang dapat dapat ditetapkan sebagaimana ia memilih salah satu dari enam rumpun jabatan yaitu dengan menyebutkan dengan mudah dan tepat tipe kepribadian Realistis, Intelektual, Sosial, Konvensional, Enterprising, dan Artistik. Arah pilihan yang pertama (primer) adalah merupakan suatu fungsi dari sifat-sifat (karekteristik) yang dominan dengan pola-pola kepribadiannya (yaitu, tipe model yang paling menyerupai)(Harahap, 2019).

Dalam ajaran agama Islam, pengambilan keputusan yang efektif dalam menentukan karier didasarkan pada prinsip-prinsip yang sejalan dengan nilai-nilai keagamaan. Pengambilan keputusan yang efektif dalam menentukan karier menurut ajaran agama Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Pertama, kita harus memastikan bahwa pilihan karier yang diambil tidak bertentangan dengan hukum syariah. Ini berarti pekerjaan tersebut harus halal dan tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang, seperti riba, penipuan, atau sesuatu yang membahayakan orang lain. Dalam Islam, bekerja adalah ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar, sehingga memilih karier yang sesuai dengan ajaran agama merupakan langkah penting dalam kehidupan kita.

Kedua, dalam mengambil keputusan karier, kita dianjurkan untuk melakukan istikharah, yaitu shalat sunnah dua rakaat yang diikuti dengan doa meminta petunjuk dari Allah. Dasar anjuran shalat istikharah adalah, sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar, sebuah hadits riwayat Imam al-Bukhari, Jabir bin Abdillah berkata:


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ

kana rasul alllah salaa allah ealayh wasalam yueallimuna alastikharat fi al’umur kulliha kama yueallimuna alssurat min alquran yaqul ‘idha hamm ‘ahadukum bial’amr falyarkae rakeatayn min ghayr alfarida
Artinya:Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk salat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, ‘Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat …”’ (HR Imam al-Bukhari). (An-Nawawi, al-Azdkar, 1997: 137).

Ketiga, penting juga bagi kita untuk mempertimbangkan maslahat dan mafsadat (manfaat dan kerugian) dari setiap pilihan karier yang ada. Dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 195 Allah SWT berfirman:

وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِۛ


wa lâ tulqû bi’aidîkum ilat-tahlukati

Artinya:”janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan”

Ayat ini mengingatkan agar kita berhati-hati dalam mengambil keputusan, termasuk dalam memilih karier, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjangnya bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Keputusan yang diambil harus membawa kebaikan dan menghindari mudarat, sehingga dapat memberikan keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Menentukan prioritas dalam memilih karier adalah langkah penting untuk memastikan bahwa pilihan yang dibuat selaras dengan tujuan, nilai, dan aspirasi pribadi. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan prioritas:
a. Identifikasi nilai dan tujuan pribadi
Pikirkan tentang apa yang paling penting bagi remaja dalam hidup dan karier. Apakah itu stabilitas keuangan, keseimbangan kerja-hidup, pertumbuhan profesional, atau kontribusi sosial? Mengetahui nilai-nilai diri akan membantu dalam menentukan karier yang sesuai.
b. Perhatikan keseimbangan kerja-hidup
Evaluasi seberapa baik karier pilihan akan memungkinkan remaja mempertahankan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Karier yang menghabiskan terlalu banyak waktu atau energi bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan kebahagiaan.
c. Periksa Nilai dan Budaya Perusahaan
Pastikan bahwa perusahaan atau industri yang dipertimbangkan selaras dengan nilai-nilai. Lingkungan kerja yang mendukung dan budaya perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akan membuat merasa lebih nyaman dan termotivasi.
d. Lokasi dan Mobilitas
Lokasi pekerjaan, apakah itu dekat dengan tempat tinggal atau memerlukan relokasi, juga penting. Beberapa karier mungkin menawarkan kesempatan bekerja dari jarak jauh, sehingga mengharuskan melakukan perjalanan yang cukup jauh atau memungkinkan untuk ngekost. Hal tersebut menjadi pertimbangan yang sangat penting
e. Mempertimbangkan tujuan Jangka Panjang
Fokuslah pada bagaimana karier ini akan mendukung tujuan jangka panjang. Apakah karier ini memberi pengalaman dan keterampilan yang dapat membawa ke level berikutnya dalam hidup? Atau karena terikat kontrak kerja, ijazah ditahan dan lain sebagainya justru menghambat karier dan kehidupan jauh kedepan.
Dalam memilih karier islam mengajarkan untuk didasarkan pada prinsip bahwa pekerjaan yang dipilih harus halal, bermanfaat, dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 286, Allah berfirman,

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ

lâ yukallifullâhu nafsan illâ wus‘ahâ,
Artinya:” Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.”
Ini berarti dalam memilih karier, kita harus mempertimbangkan kemampuan dan potensi diri kita, serta memastikan bahwa pekerjaan yang kita pilih tidak melibatkan hal-hal yang haram seperti riba, penipuan, atau perbuatan maksiat lainnya.
Selain itu, karier yang dipilih seharusnya mendukung pelaksanaan kewajiban agama, seperti shalat dan ibadah lainnya. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW bersabda,


عَنِ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (( إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ، لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ )). رواه البخاري ومسلم، وهذا لفظ مسلم.


aan ‘abi eabd allh alnnueman bn bashir radi allh eanhuma qala: samiet rasul allh salla allh ealayh wasallam yaqulu: (( ‘inn alhalaal bayin wa’inn alharam bayinun, wabaynahuma ‘umur mushtabihatun, la yaelamuhunn kathir min alnnasi, faman attaqaa alshshubuhat faqad astabra lidinih waeirdihi, waman waqae fi alshshubuhat waqae fi alharam kalrraei yareaa hawl alhimaa yushik ‘an yartae fihi, ‘ala wa’inn likuli malik himan, ‘ala wa’inn himaa allh maharimuhu, ‘ala wa’inn fi aljasad mudghatan ‘iidha salahat salah aljasad kulluhu, wa’iidha fasadat fasad aljasad kulluh ‘ala wahi alqalb )). rawah albukhariu wamuslimun, wahadha lafz muslim

Artinya:Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya. Barang siapa yang menghindari perkara syubhat (samar-samar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barang siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar larangan (milik orang) dan dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki larangan (undang­undang). Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati. [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim, dan ini adalah lafazh Muslim].
Oleh karena itu, dalam menentukan prioritas karier, kita harus berhati-hati untuk menjauhkan diri dari pekerjaan yang dapat meragukan halal-haramnya. Karier yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam Surah Al-Ma’idah ayat 2, Allah berfirman,

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ


wa ta‘âwanû ‘alal-birri wat-taqwâ wa lâ ta‘âwanû ‘alal-itsmi wal-‘udwâni

Artinya:”Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.

Oleh karena itu, seorang Muslim sebaiknya memilih karier yang dapat memberikan kontribusi positif kepada orang lain, bukan hanya mengejar keuntungan pribadi. Dengan demikian, prinsip-prinsip ini membantu seorang Muslim dalam menentukan prioritas karier yang tidak hanya membawa keberkahan dunia, tetapi juga akhirat.

Memutuskan karier adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan matang. Munandir (1996) menyatakan bahwa keputusan karier adalah keputusan yang diambil secara arif dan penuh pertimbangan. Pengambilan keputusan seperti ini mutlak demi keberhasilan dalam hidupnya kelak dengan karier yang dipilihnya. Sehingga dalam memutuskan karier perlu memperhatikan berbagai pertimbangan dan langkah-langkah yang perlu ditempuh. Adapun Langkah kongkrit yang bisa dilakukan dalam memutuskan karier adalah sebagai berikut:
1. Mengenali Diri Sendiri
Mulailah dengan mengenali minat, bakat, dan nilai-nilai pribadi. Pahami apa yang membuat kita merasa bersemangat dan termotivasi, serta bagaimana keterampilan dan kekuatan kita dapat diterapkan dalam berbagai bidang pekerjaan.
2. Penelitian Karier
Lakukan riset tentang berbagai pilihan karier yang tersedia. Pelajari tentang pekerjaan yang mungkin sesuai dengan minat dan keterampilan kita, termasuk prospek pekerjaan, lingkungan kerja, dan peluang pertumbuhan.
3. Konsultasi dan Mendapatkan Saran
Berbicaralah dengan profesional yang bekerja di bidang yang kita minati, atau konsultasikan dengan mentor, konselor karier, atau orang-orang yang kita percayai. Mereka dapat memberikan wawasan dan perspektif yang mungkin belum kita pertimbangkan.
4. Evaluasi Pilihan
Setelah mengumpulkan informasi, evaluasi berbagai pilihan karier dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti gaji, stabilitas pekerjaan, keseimbangan kerja dan kehidupan, serta kesempatan untuk pengembangan diri.
5. Memperoleh Pengalaman
Jika memungkinkan, cobalah mendapatkan pengalaman di bidang yang kita minati melalui magang, proyek, atau pekerjaan paruh waktu. Ini akan membantu kita mendapatkan gambaran nyata tentang pekerjaan tersebut dan apakah itu sesuai dengan harapan kita.
6. Pertimbangkan Aspek Keuangan
Evaluasi juga aspek keuangan dari pilihan karier kita. Pikirkan tentang potensi pendapatan, manfaat yang ditawarkan, dan bagaimana hal itu sesuai dengan tujuan keuangan jangka panjang kita.
7. Pertimbangkan Nilai dan Tujuan Jangka Panjang
Pertimbangkan bagaimana karier yang kita pilih sejalan dengan tujuan hidup kita dan nilai-nilai yang kita pegang. Apakah pekerjaan tersebut memungkinkan kita untuk tumbuh dan mencapai tujuan jangka panjang kita?
8. Tawakkal dan Keputusan
Setelah mempertimbangkan semua faktor dan merasa siap, buatlah keputusan dan bertawakkal kepada Tuhan atas pilihan yang kita buat. Ingatlah bahwa tidak ada keputusan yang sempurna, tetapi dengan ikhtiar yang baik dan tawakkal, kita dapat menjalani karier yang bermanfaat dan bermakna.
Memilih karier yang ideal merupakan keputusan penting yang harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dan panduan dari Al-Qur’an serta Hadis. Dalam memutuskannya kita harus memperhatikan kehalalan profesi tersebut. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 172,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ ۝١٧٢

yâ ayyuhalladzîna âmanû kulû min thayyibâti mâ razaqnâkum wasykurû lillâhi ing kuntum iyyâhu ta‘budûn
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.
Ayat ini menegaskan pentingnya mencari pekerjaan yang tidak hanya menguntungkan secara materi, tetapi juga halal dan diberkahi. Selain itu, dalam memutuskan karier yang ideal, kita juga harus menyesuaikan karier dengan kemampuan dan minat kita. Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Jabir bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


khayr alnaas ‘anfaeuhum lilnaas.
Artinya;“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).’’
Hadis ini mendorong umat Islam untuk memilih karier yang memungkinkan mereka memanfaatkan potensi mereka sebaik-baiknya dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Karier yang dipilih haruslah sesuatu yang dapat menyeimbangkan antara kepuasan pribadi dan manfaat bagi orang lain. Setelah melakukan ikhtiar yang maksimal dalam memutuskan karier, maka kita dianjurkan untuk tawakkal kepada Allah. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159, Allah berfirman,


فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

 
fa idzâ ‘azamta fa tawakkal ‘alallâh, innallâha yuḫibbul-mutawakkilîn
Artinya:” Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal”.
Setelah memilih karier yang halal dan sesuai dengan kemampuan, kita harus menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah, sambil tetap berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjalani profesi tersebut. Ini adalah bentuk ketundukan total kepada ketetapan Allah, yang diiringi dengan usaha yang optimal.

Welcome to your Quiz 4

Arjanggi, R. (2017) ‘Identifikasi Permasalahan Pengambilan Keputusan Karir Remaja’, Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 22(2), pp. 28–35. Available at: https://doi.org/10.20885/psikologika.vol22.iss2.art3.

Harahap, D. (2019) ‘Konsep Pengambilan Keputusan Karir’, AL-IRSYAD: Jurnal Bimbingan Konseling Islam Volume 1 Nomor 1, Juni 2019, h. 172-186, 13(April), pp. 15–38.

Rahmawati et al. (2022) ‘Seni Pengambilan Keputusan Yang Efektif di Lembaga Pendidikan’, Jurnal Pendidikan dan Konseling, 4(6), pp. 10835–10840.

Rohayuningsih, H. and Handoyo, E. (2015) ‘Berpikir Kreatif Dalam Pengambilan Keputusan’, Forum Ilmu Sosial, 40(2), pp. 178–188. Available at: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS JURNAL.

Materi Lanjutan

Berikut materi lanjutan yang dapat anda akses untuk melanjutkan materi sebelumnya yang sudah anda pelajari

Kembali Ke Halaman Sebelumnya

Mengenal Dunia Kerja: Strategi adaptasi dunia kerja