Menemukan Jati Diri: Pentingnya Pemahaman Diri

  1. Mengapa Pemahaman Diri Penting?
  2. Langkah-Langkah Menuju Pemahaman Diri yang Mendalam
  3. Bagaimana cara mengembangkan Pemahaman Diri?

Materi Augmented Reality, Powerpoint
dan Audio Pembelajaran

Ayo pelajari materi-materi yang menarik dibawah ini. scan augmented reality untuk melihat efek 3D dari materi anda dan dengarkan audio pembelajaran yang menarik

Buka Aplikasi Asembler Edu Kalian dan Scan Barcode ini :

Powered By EmbedPress

Audio pembelajaran dibawah ini menjelaskan materi Menemukan Jati diri dan pentingnya pemahaman tentang diri.

Klik Play untuk mendengarkan audio pembelajaran :

Dengarkan dengan sungguh-sungguh. Semoga berhasil teman-teman semuanya

Silahkan scan barcode dibawah ini untuk melihat materi flipbook :

Uraian Materi, Latihan dan Daftar Pustaka

Pelajari materi yang disediakan dan coba kerjakan latihan soal yang ada ya. Semoga berhasil

Pemahaman terhadap diri sendiri merupakan salah satu hal penting dalam menunjang kesuksesan remaja dalam merencanakan karir ataupun bekerja. Remaja yang memiliki pemahaman terhadap diri sendiri, dengan segala kekuatan dan kelemahannya diharapkan dapat berperilaku lebih efektif. Pemahaman terhadap diri sendiri juga dapat membantunya memahami orang lain, sehingga diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan kerja sama dalam tim dan pada akhirnya dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi. Memahami diri sendiri sama halnya dengan membuat konsep diri. Mulai dari kelebihan dan kekurangan diri, citra diri/image diri, serta diri sendiri. Citra diri individu yang berkatakter lahir dari seseorang yang mampu menghidupkan “jati diri”(Parancika, 2022).
Dalam pandangan tasawuf, pemahaman diri merupakan upaya manusia dalam memahami tuhannya, sehingga manusia yang berhasil mengenali tuhannya, maka dia berhasil juga dalam memahi dirinya. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan yang sangat masyhur di kalangan praktisi tasawuf Islam dari dahulu hingga sekarang yaitu:

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

Artinya:Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.

Mengenal tuhan merupakan kondisi ketika seseorang mengetahui bahwa sifat-sifat yang melekat di dalam dirinya merupakan kebalikan dari sifat-sifat Allah SWT. Saat seseorang mampu mengenal tuhannya, maka dia berada pada jalan yang disebut dengan istilah wushul. Wushul merupakan pengalaman sisi rohani manusia yang merasakan kedekatan dengan tuhannya. Memahami diri melalui jalan mengenal tuhan, merupakan suatu kewajiban manusia sebagai seorang hamba. Dengan mengenal tuhan maka manusia dapat membedakan sifat-sifat yang ada pada sang kholiq dan sifat-sifat yang melekat pada makhluk.
Mengenal diri pada hakekatnya menyadari bahwa dirinya adalah seorang makhluk atau manusia. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah “Siapa itu manusia?”.
Manusia dalam al qur’an dijelaskan sebagai makhluk yang lemah sebagaimana dijelaskan dalam al qur’an surah Ar-Rum ayat 54:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Artinya:Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha-Mengetahui lagi Maha-Kuasa.” (QS. Ar-Rum: 54).

Dari redaksi ayat di atas, maka dapat difahami bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah tidak berdaya. Meskipun lemah, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna baik secara kondisi fisik maupun psikis. Hal ini ditandai dalam Al Qur’an surat At-Tin ayat 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ۝

Artinya:Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Penegasan Allah bahwa telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik itu mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan ditumbuh kembangkan. Fisik manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan memberinya gizi yang cukup dan menjaga kesehatannya. Psikis manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan dengan memberinya agama dan pendidikan yang baik. Bila fisik dan psikis manusia dipelihara dan ditumbuh kembangkan, maka manusia akan dapat memahami dirinya dengan cara yang sebaik-baiknya.
Dalam proses menemukan pemahaman diri, khususnya bagi seorang remaja tentunya tidak-lah mudah. Hal ini disebabkan karena adanya banyak faktor yang mempengaruhi seperti pengamalan dalam beragama, pengalaman menjalani kehidupan, serta pengaruh budaya dan keluarga. Untuk dapat memahami diri dengan baik, maka remaja perlu melakukan muhasabah diri untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dengan menyadari kekurangan diri, seseorang akan termotivasi untuk memperbaiki diri dengan meningkatkan amal kebaikan dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Dengan demikian, seseorang akan dapat menghindari perbuatan yang tidak diridhai oleh Tuhan.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (muhajadah) untuk untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-‘Ankabut: 69)

Pemahaman diri adalah suatu situasi yang dialami individu di mana seseorang mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi psikisya, sehingga individu memahami arah dan tujuan hidup atau cita-citanya. Potensi fisik yaitu sejumlah kemampuan yang ada pada anggota badan dan panca indra individu, sedangkan potensi psikis individu mencakup minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap (Santrock, 2007, Wingkel, 2010). Pemahaman diri juga dapat diartikan sebagai kunci utama dalam mencapai kehidupan yang seimbang dan memuaskan. Dengan memahami diri sendiri, kita bisa mengenali kekuatan, kelemahan, serta motivasi yang menggerakkan kita dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pemahaman diri sangat penting:

1. Sebagai Sarana dalam Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik
Ketika kita benar-benar memahami diri kita sendiri, kita akan cenderung membuat keputusan yang lebih bijak. Mengetahui apa yang kita inginkan dan butuhkan dalam memilih jalur yang sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai pribadi. Misalnya, seseorang yang menyadari bahwa dia bersemangat dalam bidang seni mungkin akan memilih karir yang berhubungan dengan seni, dari pada memaksakan diri dalam bidang yang tidak diminati.
Dalam konteks pengambilan keputusan, sebelum diputuskan islam menganjurkan untuk melakukan ritual yang disebut dengan istilah salat istikharah.
Shalat istikharah merupakan ibadah sunah yang dikerjakan oleh umat islam ketika dihadapkan pada masalah atau kebingungan yang mengharuskan untuk menentukan suatu perkara, keputusan atau tindakan dari dua pilihan atau lebih. Dengan melakukan salat istikharah, kita berharap kepada Allah agar memberikan petunjuk untuk memutuskan langkah terbaik atau pilihan terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Sebagaimana yang dikutip oleh Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar, sebuah hadits riwayat Imam al-Bukhari, Jabir bin Abdillah berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ

Artinya: Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk salat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, ‘Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat …”’ (HR Imam al-Bukhari). (An-Nawawi, al-Azdkar, 1997: 137) Agar lebih sempurna, maka setelah melakukan salat istikharah, kita dapat membaca do’a berikut:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ وَعَـاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَبَارِكْ لِي فِيهِ ثُمَّ يَسِّرْهُ لِي وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ أَيْنَـــمَا كَانَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, diniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.”

2. Sebagai Sarana dalam Pengembangan Diri
Pemahaman diri memungkinkan kita untuk melihat area di mana kita perlu berkembang dan memperbaiki diri. Dengan mengenali kelemahan, kita bisa berusaha untuk mengatasinya, dan dengan mengenali kekuatan, kita bisa lebih maksimal memanfaatkannya. Namun perlu disadari bahwa sehebat apapun potensi atau kekuatan yang ada pada diri manusia, jika nilai kebermanfaatannya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat di sekelilingnya, maka identitas yang melekat pada diri manusia itu hanya akan bersifat semu belaka. Oleh karena itu, diperlukan satu sikap dalam diri manusia agar tujuan dari hidupnya itu selalu ditujukan untuk kepentingan-kepentingan sosial semata. Hal tersebut sesuai dengan tuntunan Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Jabir bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya:“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).’’

3. Sebagai Sarana dalam Membangun Hubungan yang Lebih Baik
Memahami diri sendiri pada dasarnya dapat membantu kita untuk memahami bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain. Kita bisa mengenali reaksi emosional dan kebutuhan kita dalam membangun suatu hubungan, sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif serta dapat membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung. Pemahaman diri juga membantu kita dalam menetapkan batasan yang sehat dalam interaksi sosial.

4. Sebagai Sarana dalam Mencapai Kesejahteraan Emosional
Memahami diri sendiri membantu kita mengelola emosi dengan lebih baik. Kita bisa mengenali pemicu stres dan kecemasan serta menemukan cara-cara yang efektif untuk mengatasinya. Dengan demikian, kita bisa mencapai keseimbangan dan ketenangan hati sehingga dapat berdampak pada kehidupan yang lebih tenang serta bahagia. Seorang muslim yang tidak mampu mengenali (muhasabah) diri, maka dia akan mengalami keresahan dan kegelisahan dalam hatinya. Hal tersebut biasanya dipicu oleh bercampurnya pikiran-pikiran yang bersifat negatif yang bersumber dari kekhawatiran akan sesuatu peristiwa yang belum terjadi. Perasaan tersebut jika dibiarkan, maka akan berdampak pada Kesehatan psikis kita dan sulit untuk mencapai kesejahteraan emosional. Lalu…! Apa penyebabnya?
Hati dan fikiran yang tidak dapat merasakan ketenangan disebabkan oleh ketakwaan yang kurang, sehingga hati dan pikirannya terhijab dari Cahaya Ilahi. Padahal di dalam Al Qur’an dalam surah At-Thalaq ayat 3 Allah berfirman:

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Artinya: Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu,” (QS. Al-Thalaq, 65:03).

Agar diri dapat mencapai kesejahteraan emosinal, maka kita dapat membaca sebuah do’a yang secara khusus Allah berikan kepada hambanya sebagai wasilah memintapetunjuk untuk hati. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Surat Ali Imran ayat 8:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia),” (QS Ali ‘Imran [3]: 8).

5. Sebagai Sarana dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri
Dengan memahami siapa kita sebenarnya, termasuk potensi dan kemampuan kita, kepercayaan diri akan meningkat. Kesadaran akan kemampuan dan potensi diri membantu kita merasa lebih yakin dalam menghadapi tantangan dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Menurut (Fathoni, 2021) Kepribadian yang terbentuk dari pemahaman (muhasabah) diri merupakan faktor penentu bagi baik atau buruknya seseorang, pada hakikatnya setiap diri seseorang, kualitasnya akan ditentukan oleh kuat atau lemahnya kepribadian yang bersangkutan. Bila dilakukan pengamatan yang teliti terhadap berbagai macam kepribadian manusia itu, pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga golongan atau kelompok. Kelompok pertama, mereka yang tidak yakin akan kemampuan dirinya dan menyia-nyiakan potensi yang ada pada dirinya, sehingga kepribadiannya sangat lemah. Kelompok kedua, adalah mereka yang terbawa oleh arus mayoritas, bersifat acuh tak acuh terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Mereka tidak mempunyai pedoman yang pasti, terombang-ambing dalam berbagai suasana dan perubahan. Kelompok ketiga, adalah mereka yang bersikap kritis terhadap segala sesuatu. Mereka selalu memilah dan memilih antara yang baik dan yang buruk dan mengikuti yang terbaik dengan petunjuk Al-Qur’an dan al-Sunnah.

6. Sebagai Sarana dalam Meningkatkan Rasa Syukur dan Kepuasan Hidup
Dengan memahami dan menerima diri sendiri, kita lebih mampu menghargai apa yang kita miliki dan apa yang telah kita capai. Rasa syukur ini membawa kepuasan hidup yang lebih dalam, karena kita tidak terus-menerus mencari validasi dari luar atau membandingkan diri dengan orang lain. Lalu bagaiamana cara kita untuk bersyukur?
Bersyukur pada dasarnya tidak cukup hanya dengan mengucapkan kata “Alhamdulillah” saja. Karena hakekat cara bersyukur yang sesungguhnya adalah dengan memadukan 3 aktivitas yaitu lisan, hati dan fisik. Bersyukur dengan aktivitas lisan yaitu dengan mengucapkan “Alhamdulillah”. Bersyukur dengan aktivitas hati yaitu diwujudkan dengan rasa senang sebagai wujud keikhlasan denga napa yang sudah dimiliki. Bersyukur dengan fisik yaitu diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya diri sendiri seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya. Dalam al qur’an surat Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Dalam ayat di atas, Allah swt mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita. Bila kita bersyukur atas hal tersebut, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh Allah. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada kita, ketika kita mengingkari nikmatnya dan tidak mau bersyukur, maka Allah akan menimpakan azabnya yang sangat pedih kepada kita.

7. Sebagai Sarana dalam Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi
Pemahaman diri mendorong eksplorasi dan ekspresi diri, yang merupakan dasar dari kreativitas dan inovasi. Ketika kita merasa nyaman dengan diri sendiri, kita lebih berani mencoba hal-hal baru dan berpikir di luar batasan konvensional. Hal ini penting dalam dunia yang terus berubah dan menuntut adaptasi serta pembaruan terus-menerus. Sebagai seorang muslim/Muslimah, kreativitas dan inovasi adalah kunci dari kesuksesan. Ketika kita ingin sukses, maka kita harus kreativ dan melakukan inovasi namun tetap dengan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:

المحافظة على قديمس صلح والأخدو بالجديد الأصلح

Artinya: Melestarikan yang lama dan mengadopsi yang baru dan lebih baik

Pengetahuan mengenai diri sendiri pada dasarnya meliputi pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki dan bagaimana cara untuk mengoptimalkan serta memanfaatkan kekuatan yang dimiliki bagi pengembangan dirinya (Listiyandini, Karimulloh and Kumalasari, 2021). Pemahaman diri bagi remaja sangatlah penting, selain sebagai sarana untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri, pemahaman diri juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam menciptakan peluang kesuksesan dalam berkarir. Menurut (Parancika, 2022) melalui pemahaman diri, maka kita dapat mengenal kenyataan diri, dan sekaligus kemungkinan-kemungkinannya, serta mengetahui peran apa yang harus dimainkan untuk mewujudkannya. Sebaliknya, orang yang tidak mengenal dirinya, tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan dan dikembangkan. Lebih lanjut, dalam artikelnya juga dijelaskan bahwa ketika kita tidak mampu memahami posisi diri, akan membuat kita sulit mengarahkan diri kepada tujuan hidup.(Maulana, 2021) menjelaskan bahwa beberapa manfaat mengenali diri diantaranya adalah:

1. Mampu mengenal dan kelebihan dan kekurangan diri
2. Mampu menerima kondisi diri
3. Mampu mengenali potensi diri

Secara umum pemahaman diri adalah proses mendalam untuk mengenali diri sendiri yang meliputi perasaan, nilai, kekuatan, kelemahan, dan tujuan hidup. Dalam memahami diri tentunya tidaklah mudah. Maka dari itu diperlukan adanya langkah-langkah yang tepat agar bisa memahami diri. Adapun Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memahami diri adalah:
1. Menyadari siapa diri kita yang sebenarnya
Menyadari siapa diri kita yang sebenarnya adalah proses penting dalam perkembangan pribadi dan spiritual. Ini melibatkan refleksi mendalam baik tentang nilai-nilai, keyakinan, maupun tujuan hidup kita. Untuk dapat menyadari siapa diri kita, maka kita dapat melakukannya dengan beberapa cara. Pertama, refleksi diri (muhasabah) yaitu peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya pada diri sendiri. Hal ini dijelaskan dalam Al qur’an Surah Al Hasyr Ayat 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya;”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18)
Kedua, meningkatkan kesadaran diri terhadap perasaan, pikiran, dan tindakan kita dalam setiap situasi. Ini melibatkan perhatian penuh pada momen sekarang dan bagaimana kita meresponsnya. Ketiga, mengenali nilai-nilai inti dan keyakinan yang membentuk identitas kita. Apa yang benar-benar penting bagi kita dan bagaimana keyakinan ini mempengaruhi cara kita dalam menjalani hidup. Keempat, menerima diri kita dengan segala kekurangan dan kelebihan. Menyadari siapa diri kita yang sebenarnya juga berarti menerima bahwa kita tidak sempurna dan harus berkembang. Kelima, mencari masukan dari orang lain yang kita percayai untuk membantu kita melihat diri sendiri dengan lebih jelas. Proses ini tidak instan dan bisa memakan waktu yang lama. Namun, dengan terus melakukan introspeksi dan berupaya memahami diri lebih baik dengan dasar keimanan dan ketakwaan, kita bisa hidup dengan lebih autentik dan selaras dengan siapa diri kita yang sebenarnya.


2. Memfokuskan dan menguasai kelebihan atau potensi yang dimiliki.
Sebagai makhluk yang sempurna, kita memiliki tiga komponen penting yaitu akal hati dan jasad yang menjadikan kita sebagai manusia yang sempurna. Bahkan ketiganya merupakan kendaraan atau wasilah terpenting selama hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap manusia pasti memiliki potensi yang mana potensi tersebut dapat dijadikan sebagai kelebihan yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari (Sari, Badrah and Muslimin, 2020) yang menyimpulkan beberapa potensi yang dimiliki oleh manusia. Pertama, Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient). Potensi ini adalah potensi kecerdasan yang terdapat di otak manusia (terutama otak bagian kiri). Fungsi dari potensi ini yaitu untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis. Kedua, Potensi Sosial Emosional (Emotional Quotient). Potensi ini sama dengan potensi mental intelektual, tetapi potensi ini terdapat di otak manusia bagian kanan. Fungsinya antara lain untuk bertanggung jawab, mengendalikan amarah, motivasi, dan kesadaran diri. Ketiga, Potensi Mental Spiritual (Spiritual Quotient). Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang berasal dari dalam diri manusia yang berhubungan dengan kesadaran jiwa, bukan hanya untuk mengetahui norma, tapi untuk menemukan norma. Keempat, Potensi Daya Juang (Adversity Quetient). Sama seperti potensi mental spiritual, potensi daya juang juga berasal dari dalam diri manusia dan berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. Kelima, Potensi Fisik (Psychomotoric). Potensi ini merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Potensi yang dikembangkan dan dilatih secara konsisten dapat menjadi suatu bakat yang jika ditekuni akan menjadi ciri khas yang melekat pada pribadi kita.


3. Membentuk tingkah laku melalui nilai-nilai agama.
Nilai-nilai agama adalah sebuah nilai yang bersumber dari kitab suci. Dimana nantinya nilai ini juga berhubungan dengan interaksi manusia terhadap sang pencipta atau Tuhan (habluminallah) serta interaksi antar manusia dan sesamanya (habluminannas). Agama mempunyai peranan penting dalam mengatur/mengorganisasikan dan mengarahkan kehidupan sosial. Agama juga menolong menjaga norma-norma sosial dan kontrol sosial. Ia mensosialisasikan individu dan melakukan kontrol baik terhadap individu maupun kelompok dengan berbagai cara (Werlina Giawa, 2020). Melalui nilai-nilai agama kita diajarkan untuk selalu memiliki akhlak yang mulia. Kita dapat membentuk kepribadian yang berkualitas. Selain itu, akhlak yang mulia merupakan representasi kuatnya keimanan kita. Hal ini disebabkan karena keimanan dan tingkat kebaikan seseorang kepada sesama manusia sangat berhubungan. Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:

وقد وصف رسول الله صلى الله عليه و سلم المؤمن بصفات كثيرة وأشار بجميعها إلى محاسن الأخلاق

Artinya: Rasulullah menyifatkan orang yang beriman dengan banyak sifat. Rasulullah memberi isyarat sifat orang beriman secara keseluruhan pada akhlak yang terpuji atau akhlak mulia atau husnul khuluq atau mahasinul akhlak (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz III, halaman 74).


4. Membentuk dan menentukan pandangan hidup.
Pandangan hidup adalah cara seseorang melihat dunia dan memaknai kehidupan melalui nilai-nilai, prinsip, dan keyakinan yang menjadi panduan dalam bertindak dan membuat keputusan. Membentuk dan menentukan pandangan hidup adalah proses yang penting karena dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan, seperti hubungan pribadi, karier, dan kebahagiaan. Pandangan hidup terbentuk dari berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, pendidikan, budaya, agama, dan lingkungan sosial. Pandangan hidup berperan penting dalam menentukan cara seseorang mengambil keputusan, menghadapi tantangan, dan mencari makna dalam hidup.

Lembar Evaluasi 1

Berilah tanda (√) pada kolom pilihan untuk sifat/karakter yang ada pada dirimu!

Identitas Siswa

  • Nama Siswa : _____________________________
  • Kelas : _____________________________
  • Jurusan : _____________________________
  • Tanggal Analisis : _____________________________
NOSIFAT/ KARAKTERDESKRIPSIPILIHAN
1EmpatiKemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, serta berbagi perasaan tersebut.
2JujurSikap yang konsisten untuk berkata dan bertindak berdasarkan kebenaran, tanpa menyembunyikan fakta atau berbohong.
3Tanggung JawabKemampuan seseorang untuk mengambil dan memikul beban atau tugas, serta siap menerima konsekuensi dari tindakannya.
4PemaafKemampuan untuk memberikan maaf kepada orang lain atas kesalahan yang telah diperbuat, tanpa menyimpan dendam.
5SabarKemampuan untuk menahan diri dari reaksi cepat terhadap kesulitan atau ketidaknyamanan, dan tetap tenang di bawah tekanan.
6DermawanSikap suka memberi dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau keuntungan pribadi.
7KreatifKemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru, solusi, dan inovasi dengan cara yang orisinal dan tidak biasa.
8AmbisiusSikap berorientasi pada pencapaian tujuan besar, dengan tekad dan usaha keras untuk meraihnya, walaupun menghadapi tantangan.
9EgoisSifat mementingkan diri sendiri dan kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan kepentingan atau kebutuhan orang lain.
10Rendah HatiSifat yang menunjukkan kerendahan diri, tidak merasa lebih baik dari orang lain, dan tidak sombong meskipun memiliki prestasi.
11OptimisSikap yang selalu melihat sisi positif dari setiap situasi, serta percaya bahwa segala hal akan berjalan baik di masa depan.
12PesimisSikap yang cenderung melihat sisi negatif dari setiap situasi dan sering kali meragukan kemungkinan hal-hal baik akan terjadi di masa depan.
13Percaya DiriKeyakinan seseorang terhadap kemampuannya sendiri untuk menghadapi tantangan dan mencapai tujuannya.
14TakutPerasaan ketakutan terhadap sesuatu, baik yang nyata maupun tidak, yang dapat menyebabkan seseorang cenderung menghindari atau ragu-ragu dalam bertindak.
15DisiplinKemampuan untuk tetap konsisten dalam melakukan suatu tugas atau kewajiban sesuai dengan aturan atau rencana yang telah ditetapkan.
16Kreatifitas TerbatasKetidakmampuan untuk berpikir di luar kebiasaan atau mengikuti pola yang sama, sering kali takut mencoba hal baru atau mengambil risiko.
17Mudah Terbawa PerasaanSifat yang sangat dipengaruhi oleh emosi, sehingga sering kali membuat keputusan atau bertindak tanpa mempertimbangkan rasionalitas atau konsekuensi.
18Penuh Kasih SayangSikap yang menunjukkan perhatian, kehangatan, dan kasih sayang kepada orang lain, baik dalam tindakan maupun ucapan.
19CemburuPerasaan iri atau ketidaknyamanan ketika seseorang merasa posisinya terancam oleh orang lain, terutama dalam hubungan sosial atau pribadi.
20CerdasKemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat melalui penalaran logis dan berpikir kritis.

Setelah selesai, tulis kembali apa saja sifat atau karakter yang kamu miliki?

1.      ………………………….

5.   ………………………….

9.    ………………………….

2.      ………………………….

6.   ………………………….

10.  ………………………….

3.      ………………………….

7.   ………………………….

11.  ………………………….

4.      ………………………….

8.   ………………………….

12.  ………………………….

 

Download lembar Evaluasi 1 di bawah ini :

Powered By EmbedPress

Lembar evaluasi 2

Berilah tanda (√) pada kolom pilihan untuk mengetahui kelebihan dan kekurang yang ada pada dirimu!

Identitas Siswa

  • Nama Siswa : _____________________________
  • Kelas : _____________________________
  • Jurusan : _____________________________
  • Tanggal Analisis : _____________________________
ASPEKKELEBIHAN PILIHAN KEKURANGAN PILIHAN
FisikSaya memiliki energi dan stamina tinggi, cocok untuk aktivitas fisik.Saya masih dalam masa pertumbuhan, rawan cedera atau masalah kesehatan jika tidak dijaga dengan baik.
Saya memiliki kemampuan adaptasi fisik lebih cepat.Pola makan dan tidur saya sering tidak teratur, sehingga mempengaruhi kesehatanku.
Saya memiliki Potensi untuk mengembangkan kekuatan fisik dan stamina yang optimal.Saya Masih membutuhkan bimbingan dalam menjaga kesehatan fisik.
KognitifSaya dapat dengan cepat belajar hal baru.Saya seringkali belum mampu membuat keputusan dengan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Kemampuan berpikir kreatif dan inovatif saya mulai berkembang.Pemikiran kritis saya belum sepenuhnya matang, sering impulsif.
Saya mampu menyerap informasi dan teknologi baru dengan cepat.Saya kurang pengalaman dalam menghadapi masalah yang kompleks.
EmosionalSaya mulai bisa mengenal identtas diri, meningkatkan rasa percaya diri.Saya sering rentan terhadap perubahan mood, dan sulit mengendalikan emosi.
Saya mampu merasakan dan mengekspresikan emosi dengan lebih jelas.Saya mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosial, rentan terhadap tekanan sosial.
Saya mulai belajar mengelola stres dan tekanan dengan lebih baik.Saya sering mengalami kebingungan emosional, terutama dalam hubungan sosial.
SosialKemampuan bersosialisasi saya sudah berkembang, sehingga memperluas jaringan pertemanan saya.Terkadang saya masih terpengaruh oleh kelompok teman yang membawa pengaruh negatif (peer pressure).
saya mampu bekerja sama dalam tim, baik di sekolah maupun luar sekolah.Saya masih dalam proses belajar memahami hubungan yang sehat dan batasan sosial.
Saya berusaha terbuka terhadap pengalaman sosial baru.Terkadang saya kurang mampu untuk mengatasi konflik sosial secara matang.
KreativitasKreativitas dan imajinasi saya tinggi, dan sering menghasilkan ide-ide baru.Kadang saya masih tidak realistis, kurang bisa menyeimbangkan kreativitas dengan realitas atau kendala praktis.
Saya mampu berpikir "out of the box" dan menghasilkan solusi inovatif.Saya belum memiliki kemampuan eksekusi yang konsisten atau terencana.
Saya mulai terbuka terhadap eksplorasi berbagai minat dan hobi.Terkadang saya tidak fokus pada satu bidang, cenderung mencoba banyak hal tanpa pendalaman.
TeknologiSaya mahir dalam penggunaan teknologi digital, aplikasi, dan media sosial.Saya Cenderung menghabiskan terlalu banyak waktu untuk hiburan digital, bisa berujung kecanduan.
Saya bisa Cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru.Saya Kurang pemahaman mengenai keamanan digital dan dampak negatif penggunaan teknologi.
Saya Mampu memanfaatkan teknologi untuk belajar secara mandiri.Saya Sering mengabaikan tanggung jawab karena tergoda oleh aktivitas online yang kurang produktif.
MotivasiSaya sangat Ambisius dalam mengejar cita-cita dan impian, memiliki semangat yang tinggi.Motivasi hidup saya bisa berubah-ubah, terkadang kurang konsisten atau mudah putus asa.
Pemikiran Saya Penuh dengan inisiatif untuk mempelajari hal-hal baru yang diminati.Saya Kurang disiplin dan sulit mempertahankan komitmen dalam jangka panjang.
Saya sangat Bersemangat untuk merencanakan masa depan, termasuk pendidikan dan karier.Saya Seringkali terlalu fokus pada hasil jangka pendek, kurang memperhitungkan rencana jangka panjang.
KemandirianSaya Mulai mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi dan kemandirian.Saya Masih sering bergantung pada bimbingan orang tua, guru, atau teman dalam pengambilan keputusan penting.
Saya Mampu membuat keputusan sendiri, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan minat pribadi.Saya Belum mampu menangani masalah yang kompleks secara mandiri.
Saya Lebih mandiri dalam mengelola waktu dan aktivitas sehari-hari.Saya Kurang pengalaman dalam manajemen waktu dan prioritas yang efektif.
Tanggung JawabSaya Bertanggung jawab atas tugas-tugas sekolah atau ekstrakurikuler.Saya Seringkali tanggung jawab hanya dipenuhi saat ada pengawasan atau tekanan dari pihak lain.
Saya Mulai belajar untuk menjaga komitmen dalam kegiatan kelompok atau organisasi.Saya Kurang konsisten dalam menjaga komitmen untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Saya Mampu mengambil tanggung jawab dalam proyek-proyek praktikum atau magang.Saya Kadang-kadang menghindari tanggung jawab atau menunda-nunda pekerjaan yang tidak disukai.
Pengambilan KeputusanSaya Mulai memiliki kemampuan membuat keputusan secara mandiri.Saya Sering terburu-buru dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan konsekuensi penuh.
Saya Mampu membuat keputusan yang terkait dengan minat dan bakat secara lebih matang.Saya Pengalaman dalam membuat keputusan penting masih minim, rentan membuat kesalahan.
Saya Terbuka untuk belajar dari kesalahan dan pengalaman sebelumnya.Saya Kadang-kadang terlalu terpengaruh oleh emosi atau pendapat orang lain dalam mengambil keputusan.
Etika dan MoralSaya Sedang dalam proses membangun nilai-nilai etika dan moral yang kuat.Saya Rentan terhadap pengaruh negatif dari lingkungan, seperti norma yang salah atau perilaku tidak etis.
Saya Mulai menyadari pentingnya integritas dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.Saya Kadang bingung dalam menentukan sikap moral saat dihadapkan pada dilema.
Saya Mampu mengembangkan prinsip hidup yang lebih baik melalui pembelajaran dan pengalaman.Saya Sering kali kurang mempertimbangkan dampak etis dari keputusan atau tindakan yang diambil.
KarierSaya Memiliki semangat dan minat besar untuk mengejar karier yang diminati.Saya Terkadang kurang realistis dalam menetapkan tujuan karier jangka panjang.
Saya Mulai memiliki pandangan mengenai dunia kerja dan keterampilan yang dibutuhkan.Saya Kurang pengalaman praktis dalam dunia kerja, perlu lebih banyak bimbingan dalam hal karier.
Saya Terbuka untuk belajar dan magang sebagai bagian dari persiapan karier.Saya Rentan kehilangan fokus jika karier atau pendidikan tidak sesuai dengan ekspektasi awal.

Download Lembar Evaluasi 2 dibawah ini :

Powered By EmbedPress

Tugas Mandiri 1: Refleksi Diri

Tugas Mandiri 2: Ayat Al-Qur’an yang Menginspirasi

Tugas Mandiri 3: Rencana Pengembangan Diri

Berdasarkan hasil refleksi dan pemahaman yang kamu dapatkan, buatlah rencana pengembangan diri selama 6 bulan ke depan. Pastikan rencana ini sesuai dengan nilai-nilai Islami, seperti ikhtiar, tawakkal, dan rasa syukur.

Fathoni,  ahmad (2021) Kepribadian Kuat dan Lemah Tentukan Kualitas Seseorang, Berikut Ciri-cirinya, NU Online. Available at: https://nu.or.id/nasional/kepribadian-kuat-dan-lemah-tentukan-kualitas-seseorang-berikut-ciri-cirinya-EmY3x (Accessed: 9 June 2024).

Listiyandini, R.A., Karimulloh, K. and Kumalasari, D. (2021) ‘Pengembangan Pengenalan Diri dan Karakter bagi Remaja melalui Program SADARI (Sadar dan Kenali Diri)’, E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 12(4), pp. 634–639. Available at: https://doi.org/10.26877/e-dimas.v12i4.6350.

Maulana,  teja salam (2021) ‘E-Modul Bimbingan Karier’, in modul. jawa barat, pp. 1–56.

Parancika, R.B. (2022) ‘Pembentukan Karakter dengan Mengenali Diri Sendiri’, Journal Educational of Indonesia Language, 3(2), pp. 37–51. Available at: https://doi.org/10.36269/jeil.v3i2.1252.

Sari, F., Badrah, N. and Muslimin, M. (2020) ‘Ayat Al-Qur’an Tentang Potensi Manusia’, Jurnal Bilqolam Pendidikan Islam, 1(2), pp. 72–81. Available at: https://doi.org/10.51672/jbpi.v1i2.5.

Werlina Giawa (2020) Pengaruh nilai agama terhadap budaya di desa lologolu kecamatan mandrehe kabupaten nias barat.

Materi Lanjutan

Berikut materi lanjutan yang dapat anda akses untuk melanjutkan materi sebelumnya yang sudah anda pelajari

Kembali Ke Halaman Sebelumnya

Perencanaan Karir: Investasi Terbaik untuk Masa Depan Anda