Melangkah Lebih Jauh: Strategi Bijak dalam menjalani pekerjaan

  1. Harmonisasi dan Profesionalitas dalam Menjalani Pekerjaan
  2. Berpikir Jauh Ke Depan: Membangun Fondasi Profesionalitas Dalam Pekerjaan
  3. Keseimbangan Hidup dan Karier: Menemukan Harmonisasi dalam Pekerjaan

Materi Augmented Reality, Powerpoint
dan Audio Pembelajaran

Ayo pelajari materi-materi yang menarik dibawah ini. scan augmented reality untuk melihat efek 3D dari materi anda dan dengarkan audio pembelajaran yang menarik

Buka Aplikasi Asembler Edu Kalian dan Scan Barcode ini :

Powered By EmbedPress

Audio pembelajaran dibawah ini menjelaskan materi Melangkah Lebih Jauh: Strategi Bijak dalam menjalani pekerjaan​

Klik Play untuk mendengarkan audio pembelajaran :

Dengarkan dengan sungguh-sungguh. Semoga berhasil teman-teman semuanya

Scan Disini Untuk Melihat Materi Flipbook

Uraian Materi, Latihan dan Daftar Pustaka

Pelajari materi yang disediakan dan coba kerjakan latihan soal yang ada ya. Semoga berhasil

Harmonisasi dan profesionalitas adalah dua aspek yang sangat penting dalam menjalani pekerjaan. Harmonisasi merujuk pada kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain secara efektif, menjaga hubungan yang baik, dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat al-Mumtahinah ayat 8, dimana Allah dengan tegas mengisyaratkan penjagaan harmoni kehidupan itu sebagai berikut:

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

lâ yan-hâkumullâhu ‘anilladzîna lam yuqâtilûkum fid-dîni wa lam yukhrijûkum min diyârikum an tabarrûhum wa tuqsithû ilaihim, innallâha yuḫibbul-muqsithîn
Artinya: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al-Mumtahinah : 8)
Sementara itu, profesionalitas mengacu pada sikap dan perilaku yang menunjukkan komitmen terhadap pekerjaan, integritas, dan kompetensi. Dalam Agama Islam sendiri juga mengajarkan agar ketika bekerja hendaknya kita melakukannya secara optimal dan penuh tanggung jawab. Hal ini sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan imam al-Thabrani di dalam kitab al-Mu’jam al-Awsath:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

‘inn alllah eazz wajall yuhibb ‘iidha eamil ‘ahadukum eamalan ‘an yutqinah
Artinya:Sesungguhnya Allah menyukai seseorang ketika mengerjakan sebuah pekerjaan dilakukan dengan profesional.
Profesionalisme dalam hal ini diartikan bukan harus serba bisa, namun profesionalisme disini bermakna bersungguh-sungguh dalam menjalani pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas dan kredibilitas kita. Lebih lanjut melakukan pekerjaan dengan baik merupakan representasi kita sebagai seorang manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Bayyinah ayat 7:

 

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

innalladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti ulâ’ika hum khairul-bariyyah
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS. al-Bayyinah :7)
Dalam konteks harmonisasi, seorang profesional harus mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan tim. Ini berarti memahami perbedaan karakter dan pendekatan kerja rekan kerja, serta mampu berkomunikasi dengan baik untuk menghindari konflik. Harmonisasi tidak hanya tentang bekerja dalam suasana damai, tetapi juga tentang menciptakan sinergi di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan mampu memberikan kontribusi terbaiknya.
Profesionalitas, di sisi lain, mencakup aspek seperti disiplin, tanggung jawab, dan etika kerja. Seorang profesional harus mampu memenuhi tanggung jawabnya dengan tepat waktu, menjaga kerahasiaan informasi, dan bertindak sesuai dengan standar etika yang tinggi. Profesionalitas juga berarti terus meningkatkan kompetensi diri melalui pembelajaran dan pengembangan keterampilan, sehingga selalu siap menghadapi tantangan baru.
Kedua konsep ini sangat penting dalam membangun reputasi dan kredibilitas di tempat kerja. Harmonisasi tanpa profesionalitas bisa menyebabkan sikap yang terlalu santai atau kurang fokus pada hasil, sementara profesionalitas tanpa harmonisasi dapat menyebabkan ketegangan dan kurangnya kerjasama di dalam tim. Oleh karena itu, keduanya harus diterapkan secara seimbang untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan berkelanjutan.


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرني والبيهقي)


ean eayishat radi allh eanha qalat: qal rasul allh salla allh ealayh wasallama: ‘iin allah taeala yuhib ‘iidha eamil ‘ahadukum eamalaan ‘an yutqinah (rawah altaburaniu walbayhaqi)
Artinya :Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).


Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu watak yang diwujudkan dalam suatu tingkah laku, suatu tujuan dalam menjalankan profesi yang akan menghasilkan kualitas terbaik dari pekerjaannya. Ada beberapa ciri profesionalisme, yaitu: 1) Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu. 2) Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan. 3) Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai. 4) Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup. 5) Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi (Suwinardi, 2017). Membangun fondasi profesionalitas dalam pekerjaan merupakan langkah esensial untuk mencapai kesuksesan dan kredibilitas jangka panjang. Profesionalitas mencakup perilaku etis, integritas, disiplin, serta komitmen terhadap kualitas dan tanggung jawab dalam setiap tugas yang dilakukan. Hal ini berarti memahami dan menghormati peraturan dan kebijakan organisasi, berkomunikasi dengan jelas dan tepat waktu, serta bersikap hormat kepada rekan kerja, atasan, dan klien. Selain itu, pengembangan keterampilan secara berkelanjutan, keterbukaan terhadap umpan balik, serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan adalah aspek penting dari profesionalitas. Dengan memegang teguh prinsip-prinsip ini, seorang profesional tidak hanya akan membangun reputasi yang solid, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis, yang pada gilirannya akan membuka peluang untuk pertumbuhan karir dan keberhasilan jangka panjang.

Persiapan dalam menjalani pekerjaan adalah langkah awal yang sangat penting dalam Islam, karena pekerjaan yang dilakukan dengan persiapan matang akan lebih mudah mencapai keberhasilan dan membawa keberkahan. Al-Qur’an dan hadis memberikan panduan mengenai pentingnya mempersiapkan diri dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam pekerjaan. Persiapan mencakup perencanaan yang baik, pengembangan keterampilan, serta menjaga niat dan tujuan yang benar. Dalam Surah Al-Hasyr ayat 18, Allah berfirman,

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝١٨


yâ ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha waltandhur nafsum mâ qaddamat lighad, wattaqullâh, innallâha khabîrum bimâ ta‘malûn
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu memperhatikan dan merencanakan setiap tindakan kita, termasuk dalam konteks pekerjaan, untuk mencapai hasil yang baik di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya persiapan dan perencanaan dalam segala hal. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda,

 

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ


‘inn alllah eazz wajall yuhibb ‘iidha eamil ‘ahadukum eamalan ‘an yutqinah
Artinya: “sesungguhnya Allah menyukai jika seseorang di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, maka ia melakukannya dengan itqan (dengan sempurna).”
Hadis ini menekankan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan untuk itu diperlukan persiapan yang matang.
Persiapan dalam pekerjaan juga mencakup pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan tugas yang akan dilakukan. Dalam Islam, mencari ilmu dan mengasah keterampilan adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” Dengan ilmu dan keterampilan yang memadai, seorang Muslim dapat menjalankan pekerjaannya dengan lebih efektif dan efisien.
Selain itu, menjaga niat yang benar dalam bekerja adalah bagian penting dari persiapan. Dalam Islam, niat sangat menentukan nilai dari suatu amal. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, seorang Muslim harus memastikan bahwa niatnya dalam bekerja bukan hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk mendapatkan ridha Allah dan memberikan manfaat bagi orang lain.
Terakhir, persiapan dalam pekerjaan juga melibatkan doa dan tawakkal kepada Allah. Setelah segala usaha dan persiapan dilakukan, seorang Muslim harus berserah diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Dalam Surah Ali Imran ayat 159,

……………….. فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ۝١٥٩


fa idzâ ‘azamta fa tawakkal ‘alallâh, innallâha yuḫibbul-mutawakkilîn
Artinya: Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.
Dengan tawakkal, kita menyadari bahwa hasil akhir dari pekerjaan kita berada di tangan Allah, dan kita harus siap menerima apapun hasilnya dengan hati yang lapang.

Suatu hubungan kerja tentu berkaitan erat dengan dinamika-dinamika di dalam lingkup pekerjaan tersebut. Dinamika yang tengah terjadi tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja para karyawan dan tujuan atau target yang ingin diraih oleh pengusaha. Demi terlaksananya tujuan tersebut untuk kepentingan bersama, maka dalam hubungan kerja diperlukan adanya harmonisasi antara pengusaha dan karyawan (Hasyim and Najicha, 2023). Harmonisasi hubungan kerja mengarah pada tindakan atau usaha untuk melahirkan keselarasan dan keserasian serta hubungan yang baik antara kedua belah pihak yang bersangkutan(Laksono, 2022). Menemukan harmonisasi dalam pekerjaan yaitu menyelaraskan semua aspek kehidupan profesional dan pribadi sehingga keduanya berjalan seiring dengan harmonis. Ini berarti menemukan keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan pribadi, serta antara ambisi karir dan kebahagiaan diri.

Dalam menjalani pekerjaan, tentunya kita akan dihadapkan dengan persoalan yang membuat kita mengalami burn out atau stres karena pekerjaan, yang ditandai dengan kelelahan secara fisik, mental, dan emosional. Stres karena pekerjaan bisa diartikan sebagai tekanan yang dirasakan karyawan karena mereka tidak dapat memenuhi tugas pekerjaannya (Pasaribu et al., 2024). Kondisi tersebut jika dibiarkan, maka akan memunculkan beberapa kondisi yang merugikan seperti kesehatan yang menurun, tidur tidak teratur, emosi yang tidak terkontrol maupun merasa tidak nyaman di tempat bekerja (Sudirman, 2019). Lalu apa yang harus kita lakukan?

Stress pada dasarnya merupakan kondisi yang disebabkan karena adanya bentuk pemikiran yang berlebih. Pemikiran berlebih ini muncul karena adanya ketidak selarasan antara hati dan pikiran kita. Dalam menjalani pekerjaan, sering kali kita berpikir terlalu jauh dengan membayangkan berbagai hal seperti “dengan bekerja terus menerus, saya bisa membeli mobil, saya bisa membangun rumah, saya bisa terkenal, saya cepat menjadi kaya” dan lain sebagainya. Pemikiran -pemikiran yang sedemikian itu merupakan bentuk nafsu yang menguasi diri kita, sehingga kita lupa bahwa bekerja merupakan ibadah.

Islam tidak melarang umatnya untuk bekerja, bahkan islam mengajarkan umatnya untuk bekerja dengan penuh kesungguhan dan mencari rezeki yang halal. Bekerja bukan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga sebagai bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat at-Taubah ayat 105:

 

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

wa quli‘malû fa sayarallâhu ‘amalakum wa rasûluhû wal-mu’minûn, wa saturaddûna ilâ ‘âlimil-ghaibi wasy-syahâdati fa yunabbi’ukum bimâ kuntum ta‘malûn
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”
Agar kita terhindar dari stress pekerjaan, maka kita dapat melakukan langkah kongkrit dengan mengacu pada beberapa prinsip yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Pertama, Islam menekankan pentingnya tawakkal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin. Dalam Surah At-Talaq ayat 3, Allah berfirman,

 

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ

wa may yatawakkal ‘alallâhi fa huwa ḫasbuh,
Artinya;”Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).”

Ini mengajarkan bahwa setelah melakukan segala upaya dalam pekerjaan, kita harus percaya bahwa hasil akhir berada di tangan Allah, sehingga tidak perlu merasa terlalu terbebani atau stres dengan hasilnya. Kedua, Islam juga menganjurkan untuk mengelola waktu dengan baik, termasuk dalam bekerja. Dalam Surah Al-Asr, Allah mengingatkan pentingnya waktu dan bagaimana manusia sering kali berada dalam kerugian jika tidak memanfaatkannya dengan benar. Dengan pengelolaan waktu yang baik, seseorang dapat menghindari penumpukan tugas yang dapat menyebabkan stres. Selain itu, menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, serta meluangkan waktu untuk ibadah, akan membantu menjaga ketenangan hati dan pikiran.
Ketiga, pentingnya berzikir dan shalat sebagai sarana menenangkan hati disebutkan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28,

 

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨

alladzîna âmanû wa tathma’innu qulûbuhum bidzikrillâh, alâ bidzikrillâhi tathma’innul-qulûb
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
Dalam konteks bekerja, mengambil waktu sejenak untuk berzikir atau melaksanakan shalat dapat menjadi cara efektif untuk mengurangi stres. Shalat memberikan waktu untuk refleksi dan merenung, yang pada gilirannya dapat memberikan kedamaian batin dan memperkuat kesabaran dalam menghadapi tantangan di tempat kerja.
Selain stress, persoalan lain yang muncul ditempat kerja adalah adanya rekan kerja yang kurang menyenangkan, memiliki sifat suka melepas tanggung jawab, selalu mengeluh, suka bergosip, dan hobi memberi kritik (toxic). Toxic adalah istilah untuk seseorang yang memiliki sifat “beracun” atau pribadi yang suka menyusahkan bahkan merugikan orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Toxic people ditandai dengan adanya beberapa ciri, yaitu:
1. Suka mengkritik orang lain tetapi tidak terima jika mendapat kritikan;
2. Sering merendahkan atau meremehkan;
3. Tidak memiliki sikap empati;
4. Gemar Mengontrol dan Memanipulasi orang lain
5. Menimbulkan susasana negatif saat mood sedang tidak baik;
6. Sulit untuk meminta maaf;
7. Merasa dirinya paling benar;
8. Penghasut (Tamara, 2023).
Menghadapi rekan kerja yang toxic dalam perspektif Islam menuntut pendekatan yang sabar, bijaksana, dan penuh kasih sayang. Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi berbagai ujian, termasuk ketika berhadapan dengan orang yang berperilaku buruk. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 153, Allah berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٥٣

yâ ayyuhalladzîna âmanusta‘înû bish-shabri wash-shalâh, innallâha ma‘ash-shâbirîn
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Kesabaran adalah kunci utama untuk menghadapi situasi sulit dan menjaga hati agar tetap tenang. Selain sabar, penting juga untuk mengedepankan akhlak yang baik dan menghindari perilaku yang merendahkan diri atau membalas keburukan dengan keburukan. Dalam Surah Al-Furqan ayat 63,

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا ۝٦٣


wa ‘ibâdur-raḫmânilladzîna yamsyûna ‘alal-ardli haunaw wa idzâ khâthabahumul-jâhilûna qâlû salâmâ
Artinya:Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.”
Sikap ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi orang yang toxic, kita harus tetap menunjukkan kelembutan dan tidak terprovokasi untuk melakukan hal yang sama. Selanjutnya, penting bagi kita untuk selalu berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan dan petunjuk dalam menghadapi situasi yang sulit ini. Memohon perlindungan dari pengaruh negatif dan meminta agar Allah melapangkan hati kita untuk terus berbuat baik. Dalam Surah Al-Mu’minun ayat 97-98, Allah mengajarkan doa,

 

وَقُلْ رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِۙ ۝٩٧
وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ ۝٩٨

wa qur rabbi a‘ûdzu bika min hamazâtisy-syayâthîn, wa a‘ûdzu bika rabbi ay yaḫdlurûndan
Artinya: Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
Harmonisasi dalam pekerjaan dapat tercapai ketika kita dapat bekerja dengan penuh semangat dan produktivitas, namun tetap merasa tenang, puas, dan terhubung dengan diri sendiri serta orang-orang di sekitarnya. Hal ini melibatkan manajemen waktu yang efektif, penetapan prioritas yang jelas, dan kemampuan untuk tetap fleksibel dalam menghadapi perubahan serta tantangan. Dengan demikian, harmonisasi dalam pekerjaan bukan hanya soal menghindari kelelahan atau stres, tetapi juga tentang menciptakan ruang di mana pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-sama, mendukung satu sama lain untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan yang berkelanjutan.

Welcome to your Quiz 6

Hasyim, A. and Najicha, F.U. (2023) ‘Peranan Harmonisasi Hubungan Kerja Sebagai Manifestasi Work Life Balance Terhadap Karyawan di Indonesia’, Jurnal Panorama Hukum, 8(2), pp. 115–125. Available at: https://doi.org/10.21067/jph.v8i2.9269.

Laksono, O.P. (2022) ‘Kajian Terhadap Periodisasi Anggota Legislatif Sebagai Upaya Meminimalisir Kecurangan Pemilu’, Nomos : Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, 2(4), pp. 129–137. Available at: https://doi.org/10.56393/nomos.v1i6.318.

Pasaribu, S.B. et al. (2024) ‘Dampak Stress Kerja Dan Cara Mengatasinya Terhadap Kinerja Karyawan’, Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, 7(3), pp. 8112–8118.

Sudirman, S.A. (2019) ‘Stres Kerja Dengan Keharmonisan Keluarga Pada Karyawan’, Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam, 9(1), pp. 79–85. Available at: https://doi.org/10.15548/alqalb.v9i1.855.

Suwinardi (2017) ‘Profesionalisme Dalam Bekerja’, Orbith, 13(2), pp. 81–85.

Tamara, A.N. (2023) Identifikasi Ciri Orang Toxic Yang Perlu DiketahuiPoliteknik Tempo. Available at: https://politekniktempo.ac.id/index.php/front/artikel/69/Identifikasi-Ciri-Orang-Toxic-Yang-Perlu-Diketahui#:~:text=Toxic adalah isilah untuk seseorang,yang negatif ke lingkungan sekitarnya. (Accessed: 20 August 2024).

Materi Lanjutan

Berikut materi lanjutan yang dapat anda akses untuk melanjutkan materi sebelumnya yang sudah anda pelajari

Kembali Ke Halaman Sebelumnya

Buka Chat
Apa yang bisa dibantu?
Haloo 👋
Ada yang bisa kami bantu?